Tiba di Penghujung
Pagi ini, saya berangkat pukul
05.15 WIB ke lokasi ujian UM UNDIP di SMKN 3 Bandung, lokasi ujiannya sama
dengan SBMPTN yang lalu. Alhamdulillah, hari ini tidak macet dan saya merasa
lebih lega. Saat, mengerjakan soal, saya melihat ke depan dan belakang saya.
Pilihan mereka sama seperti saya, FK-Pendidikan Dokter dan FK-Ilmu Gizi. Tapi,
hal tersebut tidak membuat saya terbebani saat mengerjakan soal. Justru, saya
lebih tenang dibandingkan saat SBMPTN. Sebanyak 85 soal dari total 100 soal
saya kerjakan. Alhamdulillah, lebih lancar dari yang saya bayangkan karena
soalnya pun lebih mudah. Tapi, ketika saya keluar ruang ujian, saya mendengar
desas desus peserta lainnya yang bilang bahwa soalnya sangat mudah, seperti UN
yang setingkat lebih tinggi. Ternyata.. semua juga merasa mudah hahaha jadi,
ya sudah.. sudah lewat juga..
***
Setelah
melaksanakan ujian, saya masih menunggu dijemput sembari melihat-lihat
lingkungan sekolah tersebut. Tiba-tiba, saya bertemu dengan adik kelas saya di
SMA. Kami sempat berbincang-bincang dan ternyata dia juga memilih kedokteran.
Namanya Eggy. Dulu, dia sempat pergi ke luar negeri untuk pertukaran pelajar
sehingga telat satu tahun dan baru lulus tahun ini. Dia anak yang rajin dan
salah satu murid teladan di sekolah saya. Selain pintar, dia juga aktif di
kegiatan OSIS. Sayangnya, perbincangan kami tidak berlangsung lama karena kami
sama-sama masih ada urusan penting. Tidak berapa lama kemudian, kedua orang tua
saya datang menjemput di depan sekolah.
***
Siang
ini, saya ditemani bapak, akan pergi ke Yogyakarta untuk mengikuti UTUL UGM. Di
bandara, saya bertemu beberapa orang yang sempat saya lihat saat di lokasi
ujian UM UNDIP. Beberapa adik kelas—kami tidak saling mengenal, hanya sering
melihat di medsoc—juga saya temui di
bandara. Rupanya, banyak sekali orang Bandung yang mengikuti UTUL di Jogja.
***
Sesampainya
di Jogja, kami langsung menuju mushola. Karena masih berhalangan, saya menunggu
bapak di tempat duduk yang terletak di depan mushola bersama seorang ibu yang
nampaknya bukan orang Jogja. Ternyata setelah berbincang-bincang, beliau memang
bukan orang daerah sini. Saya juga bercerita tentang tujuan saya ke Jogja.
Lalu, beliau mulai bercerita tentang anak-anaknya yang dulu juga ingin sekali
masuk FK, tetapi akhirnya—salah satu dari anaknya—diterima di psikologi dan
sekarang sudah lulus kuliah. Beliau datang dari Bandung bersama suaminya yang
tak lama kemudian keluar menghampirinya dari mushola. Beliau sangat ramah.
Tapi, sayangnya, perbincangan kami terpotong karena saya harus segera pergi.
Saya pun langsung berpamitan dengan beliau dan suaminya ketika bapak saya sudah
datang.
***
Dari
segi sistem transportasi, Jogja memang juara. Penumpang yang baru sampai di
bandara bisa langsung menaiki kereta lokal tanpa perlu menaiki angkutan tertentu
untuk ke stasiun. Hanya perlu berjalan kaki saja untuk ke stasiun kereta api
karena letaknya persis di sebelah bandara. Selain itu, di dekat parkir mobil,
terdapat halte Transjogja. Untuk menaiki Transjogja, setiap penumpang hanya
perlu membayar sebesar tiga ribu rupiah saja. Tapi, perjalanan kami terbilang
cepat karena supirnya ngebut abis!
Hahaha.. Kalau di Bandung, saya bisa menghabiskan tiga ribu sampai lima ribu rupiah
untuk sekali perjalanan karena tidak ada ketentuan khusus yang dibuat oleh
pihak Transbandung terkait tarif penumpang. Para kenek yang menentukan sendiri tarif tiap penumpang sesuai tempat
keberangkatan dan tujuannya. Selain itu, di Bandung, penumpang bisa turun
dimana saja karena beberapa halte tidak difungsikan dengan baik. Tapi,
perjalanannya sangat aman pemirsa hahaha
Kami
turun sekitar tiga ratus meter dari Gedung Magister Manajemen UGM. Tak jauh
dari tempat pemberhentian kami, ada tempat makan sop ayam yang sangat enak. Dua
tahun yang lalu, kami juga makan disini. Wah, rasanya nikmat sekali apalagi
setelah dua tahun lamanya baru kesini lagi. Setelah itu, kami berjalan hingga
kurang lebih 500 m ke Fakultas Geografi yang menjadi lokasi ujian saya.
Sesampainya
disana, gedungnya sudah terkunci karena sudah hampir pukul 21.00 WIB. Ternyata,
semua peserta memang dilarang mengecek ke dalam ruang ujian sebelum waktu
pelaksanaannya. Peserta hanya diperbolehkan melihat lewat peta ruangan yang
ditempel di depan pintu gedung tersebut. Setelah itu, kami memutuskan untuk
langsung pergi menuju hotel dan mengecek ruangannya esok hari.
Hotel
yang saya tempati tergolong hotel yang masih baru. Letak kamar-kamarnya lebih
mirip dengan kos-kosan. Beberapa fasilitas juga masih apa adanya dan telepon
tidak dapat berfungsi. Kami sempat diberi password
Wifi, tetapi kami bahkan tidak menemukan adanya sinyal dari Wifi tersebut. Meskipun dengan kondisi seadanya, alhamdulillah, saya masih mendapat
tempat penginapan. Di sana, saya juga melihat banyak peserta ujian UTUL. Ketika
saya sudah mau tidur, kurang lebih pukul 22.30 WIB, di lantai 1, masih banyak
peserta ujian yang belajar bersama. Gila.. gila.. ga pusing apa ya...
***
Keesokan
harinya, saya dan bapak berangkat agak terlalu mepet karena jarak hotel dengan
Fakultas Geografi sekitar 2,2 km. Awalnya, saya memutuskan untuk berjalan kaki
saja, tetapi kepala saya terasa pusing, mungkin karena kurang tidur dan
kelelahan. Bapak pun langsung menyegat taksi.
Jalanan di
sana agak sedikit macet karena banyak yang mengantar peserta ujian.
Alhamdulillah, saya masih sampai tiga puluh menit sebelum bel masuk. Karena
masih lama, saya harus menunggu di depan kelas sambil duduk berjejer dengan
peserta lainnya. Untungnya masih bisa menunggu.. Kesempatan, nih, saya tidur
dulu selama lima belas menit.
Tengnongnengnong tongnengnengnong.. Peserta
sudah diperbolehkan masuk ruang ujian. Semua persyaratan diletakkan di atas
meja dan sisanya dikedepankan. Peserta tidak diperbolehkan mengenakan jam oleh
para pengawas. Tapi, tenang saja.. sudah ada jam dinding yang tergantung di
dinding depan dan dapat terlihat oleh seluruh peserta.
***
Alhamdulillah..
Saya dapat menjalani tes dengan lancar dan lebih tenang. Saya lupa berapa
jumlah soal yang saya kerjakan karena saking banyaknya soal. Yang jelas, ada
tiga naskah soal, yaitu TKDU, TPA, dan SAINTEK. Pada jam pertama, kami
mengerjakan naskah soal SAINTEK, lalu istirahat, dan dilanjutkan dengan
pengerjaan soal TKDU (matematika dasar, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris).
Kemudian, akan ada bel berbunyi yang menandakan selesainya waktu pengerjaan TKDU
dan langsung dilanjutkan dengan TPA. Nah, sistem TPA di UTUL UGM ini tidak
menggunakan sistem minus. Hal tersebut bisa menjadi keuntungan untuk setiap
peserta karena kalau salah, nilai tidak akan berkurang seperti sistem penilaian
SAINTEK dan TKDU. Tingkat kesulitan UM UGM ini sama dengan SBMPTN dan dari
tahun ke tahun, soal-soal UTUL memiliki pola yang sama (tipe soalnya seperti
tahun-tahun sebelumnya). Bedanya, soalnya banyak sekali, teman-teman.. Kalau
saya tidak salah ingat, tiap mata pelajaran itu 20 soal—kecuali matematika ipa
(15 soal)—dan TPA sebanyak 60 soal. Ya udaaah, Bismillah aja.. ^^
***
Hari
demi hari sudah terlewati.. Digantungin
memang ga enak ya wkwk Saya juga sempat terpikir ingin berlibur saja karena
sudah jenuh di rumah hanya menunggu dan menunggu.... Lagipula, mau jalan-jalan
juga bingung. Makan-makan juga ga bisa
karena sedang puasa. Bapak menyarankan saya ikut tes TOEFL, paling tidak, kan,
sudah tahu kemampuan dan kalau masih kurang bagus bisa diulang lagi. Selain
itu, TOEFL ini sangat dibutuhkan, lho, guys..
Bisa menjadi bekal kita kalau, siapa
tahu, kita ingin mendaftar beasiswa, pertukaran pelajar, program penelitian,
atau untuk syarat akademik di universitas. Umumnya, semua sertifikat tes bahasa
Inggris berlaku dua tahun. Jadi, lumayan, kan, liburan sambil belajar hehe..
Tapi, waktu itu, saya belum menemukan tempat tes TOEFL yang cukup murah untuk
bisa tes berulang kali karena target saya 550 dan 500 saja belum sampai wkwk
Padahal setelah tanya-tanya teman, di kampus sendiri juga ada dan murah banget wkw
***
Akhirnya,
saya mengisi liburan dengan main bersama sepupu saya yang satu kampus dengan
saya. Kami satu kampus, tempat kuliah tidak sebegitu jauh karena masih satu
lingkup, tetapi anehnya, jarang sekali kami bertemu haha Bahkan, ini pertama
kalinya kami jalan-jalan cuma berdua. Rasanya kayak pergi sama teman
sendiri saking jarangnya ketemu haha
Selain
itu, bagi viewers yang mungkin sudah
baca post pertama saya, aktivitas
yang sampai sekarang masih jadi kesibukan saya selama liburan adalah menjadi
pendiklat mentor. Sebenarnya, saya ga berniat
untuk datang terus tiap diklat divisi karena jujur saja, saya agak malas harus
berangkat pagi ke kampus dan menghapalkan materi (Saya cuma bercanda, kok,
Paduka Zaim wkwk). Tapi, entah kenapa, saya merasa semangat ketika bertemu
teman-teman lama saya dulu di diklat divisi, mentor-mentor Lamar (Lascaya Andamarsa) yang baru saya
kenal, dan adik-adik calon mentor yang kocak
parah! Eh.. sekarang, malah nagih
banget pengen ikut lagi wkwk! Pokoknya, kenangan bersama pendiklat dan para
camen itu paling seru, menurut saya, selama liburan kenaikan tingkat ini. Ini
juga berkat teman satu geng saya,
geng tahu bulat HAHAHA (Itu sebutan yang saya buat sendiri. Kami satu daerah
tempat tinggal, yaitu di Cimahi. Dulu, suka ada tahu bulat lewat dan berhubung
wajah saya bulat, saya sering disebut tahu bulat oleh teman-teman saya).
Siapakah dia?
Dia adalaaah Theda! Dia, tuh, orang terusil yang pernah saya kenal. Tapi,
(kadang) baik! Wkwkwk bercanda yaa.. Kalau ga
ada Theda, saya mungkin telat briefing
setiap kali dikdiv. Theda ini yang selalu jadi pengendara setia yang menjemput
tiap pukul 06.10 WIB. Padahal, briefing dikdiv
mentor baru dimulai pukul 08.00 WIB. Kalau saya tidak mengangkat teleponnya
tiap sudah deket waktunya, pasti notif
Line penuh dengan omelan Theda.
Pernah, suatu hari, Theda telat menjemput karena katanya harus memasang parfum
mobil yang ribet banget -_- Ga penting emang.. Karena masih lama,
akhirnya, saya menunggu di teras sembari menyapu lantainya yang sudah kotor
sekali. Tiba-tiba saja, saya mendengar ada suara mobil yang lewat, lalu supir
mobil tersebut memanggil saya, “Vano!” serunya. Tentu saja, saya langsung
menoleh. Tjepret! Jail banget!!!!
“THEDAAAAA!!!!!!!
PARAH BANGEEET!” ujar saya marah-marah.
Saat masuk ke
dalam mobil, saya langsung pukul-pukul Theda apalagi dia membagikan foto
tersebut ke grup angkatan saya. Tambah lagi, ada caption-nya yang seolah-olah saya menawarkan jasa membersihkan
rumah selama orang lain mudik wkwkwk Dasaaaarrr
yaa, Theda -_-
Meskipun usil,
Theda ini baik banget, lho. Biasanya, dia dikdiv medik sampai malam dan
badannya sudah super bau (aslina,
Thed..). Keringatnya sudah bercucuran karena medik lebih ekstra energi saat
diklat. Tapi, dia masih rela mengantar saya sampai di depan rumah. Solidarity forever yak wkwk Dia juga
sangat menghargai teman-temannya yang memeluk agama islam. Walaupun dia tidak
melaksanakan sholat, dia tetap mau menunggu saya sholat dulu sebelum pulang.
Kadang, dia juga ikut menahan haus, seperti teman-teman lainnya yang berpuasa.
Air di botolnya langsung dihabiskan saat sore hari. Akhirnya, saya isikan
sampai agak penuh. Kebetulan, di Salman, jama’ah masjid bisa mengisi ulang air
minumnya dengan gratis.
Pengalaman
lainnya, saya juga bertemu dengan calon adik-adik tingkat BE, diwawancara oleh
beberapa camen (calon mentor), danus es buah bersama teman-teman BE 2014, dan yel-yel
mentor di depan para camen. Wah, seru sekali! Tapi, di samping semua kesibukkan
itu, tentunya, saya tetap harus menyisihkan waktu untuk mendekatkan diri kepada
Sang Maha Pencipta.
Tiap selesai
diklat, walaupun sudah lelah dan mata sudah lengket sekali, saya berusaha tetap
menjalankan sholat tarawih. Setiap sebelum sahur, saya menjalankan sholat
tahajud. Segala doa saya panjatkan dan tak henti pula saya membaca Al-Qur’an.
Saya berdoa, memohon kepada Allah agar diluluskan SBMPTN tahun ini. Doa itu
saya ucapkan setiap saya sujud, setiap saya akan tidur, setiap di akhir sholat,
setelah mendengar adzan, kapan pun saya bisa. Tapi, tetap, saya juga berserah
diri kepada Allah karena Dia lebih tahu yang terbaik untuk umatnya. Saya
percaya, Allah itu tidak sombong. Ia tidak mungkin tidak mengabulkan doa
umatnya. Hanya saja, ia mengabulkannya dengan tiga cara, yaitu mengabulkannya
langsung, menggantinya dengan yang lebih baik, atau menundanya. Jadi, saya
terus berdoa dan tetap berpikir positif.
***
Akhirnya,
hari pengumuman SBMPTN, Selasa, 28 Juni 2016 pun tiba. Pengumuman yang
seharusnya dapat diakses pada pukul 17.00 WIB dipercepat menjadi pukul 14.00
WIB. Saya terus berdoa pada sepertiga malam terakhir. Saat itu, saya juga
sedang tidak enak badan. Sekujur tubuh saya terasa dingin dan saya tidak kuat
menahannya. Agar tidak terasa dingin, akhirnya, saya membereskan rumah dan
mulai menulis cerita untuk saya post
di blog.
Ketika
adzan, saya langsung mengambil wudhu dan melaksanakan sholat. Selesai sholat,
saya berdoa dan.. Saat itu, saya sudah benar-benar pasrah. Doa saya bukan lagi
masuk SBMPTN, tetapi saya sudah seutuhnya memasrahkan hasil yang akan muncul
nanti.
“Apapun hasilnya
nanti, aku tahu, hasil tersebut adalah yang terbaik bagiku dan kuatkanlah
hatiku jika nanti aku harus melihat kata ‘Maaf..’ untuk yang kedua kalinya.
Mudahkanlah aku,
kuatkanlah aku, dan berikanlah aku segala petunjuk dan
pertolongan-Mu untuk menghadapi
jalanku ke depan.. Aamiin..”
Satu
jam sebelum pengumuman, saya masih merasa tegang. Akhirnya, saya menonton tv
sembari membereskan baju agar pikiran saya teralihkan. Tapi, ketika tersisa
beberapa menit sebelum pengumuman, saya sudah merasa jauh lebih tenang. Dalam
hati, saya berkata, “Ya sudah.. apapun
hasilnya, saya sudah merasa tenang dan bersyukur bisa mencoba untuk terakhir
kalinya. Semoga apapun itu.. Itulah yang terbaik untu saya..”
Tepat pukul
14.00 WIB, saya langsung duduk mengambil handphone
dan membuka website pengumuman. Sayangnya, website pengumuman dari pusat
sedang down. Mungkin karena penuh
oleh pengunjung yang ingin melihat pengumuman juga. Akhirnya, saya membuka
salah satu mirror link-nya lewat PC, yaitu pengumuman.ui.ac.id (kalau
tidak salah). Saat membuka website,
tidak ada gangguan sama sekali, malah sangat cepat terbuka. Kemudian, saya
memasukkan nomor peserta dan tanggal lahir saya. Tapi, saya tidak berani
melihatnya. Akhirnya, saya meng-klik cek hasil dan langsung memejamkan mata, “Apapun hasilnya, itulah yang terbaik. Siap,
Nod, siap.. Siap, melihat kata maaf.. Ya, aku siap!” ujar saya dalam hati.
Perlahan saya mulai membuka mata dan......
ALHAMDULILLAH..
Terima kasih, ya Allah :’) Setelah sejauh ini perjuangan saya, ternyata, doa
dan upaya yang saya lakukan, berkali-kalinya jatuh sakit, banyaknya hambatan
yang saya hadapi, dan usaha saya untuk selalu sabar dalam menunggu.. Akhirnya,
Engkau mengabulkan doa saya.. Meskipun pada akhirnya saya tidak diterima di FK
UGM, yang dari dulu saya impi-impikan, sekarang Allah memberikan yang lebih
baik dari apa yang saya duga. Alhamdulillah, impian saya bisa sekolah
kedokteran tanpa dibebankan biaya kuliah tercapai di tahun ini. Terima kasih
untuk doa dan dukungan dari orang-orang di sekitar saya. Semoga Allah membalas
kalian dengan ratusan kebaikan dan rezeki yang bermanfaat.. Semoga saya bisa
amanah di sini dan diberikan segala kekuatan serta kemudahan dalam setiap
langkah saya. Aamiin..
***
Btw, teman-teman, setelah menunggu
pengumuman UM UNDIP dan UTUL UGM, ternyata, saya juga tidak lolos, baik ke FK
UNDIP maupun FK UGM. Alhamdulillah, mungkin, Allah sudah mengatur rezeki-nya
masing-masing. Saya pun merasa tenang karena tidak “memakan” kursi orang lain. Tapi,
yang ingin saya tekankan disini.. Setelah saya mengikuti SBMPTN dan berbagai
ujian mandiri berkali-kali, dapat saya simpulkan bahwa untuk diterima di
kedokteran itu sulit. Siapa pun yang diterima adalah orang hebat yang
berkomitmen tinggi. Dimana pun diterimanya, mereka adalah yang terbaik yang
Allah pilih. Semua prodi pendidikan dokter itu bagus. Baik swasta maupun negeri
sama-sama susah masuknya. Toh, lulus dari kedokteran, kita semua
akan menjadi dokter. Tidak akan ada pasien yang bertanya kita lulus dari mana.
Predikat ‘bagus’ juga sangat relatif. Belajar dimana pun, itu semua tergantung
pribadi masing-masing karena universitas hanya memberikan fasilitas dan wadah
untuk berkarya serta segala kemudahan lainnya. Ini hanya masalah pilihan dan
kesanggupan kita serta berbagai faktor lainnya. Saya memilih disini karena saya
memiliki komitmen, dari awal lulus SMA, ingin bersekolah gratis. Selama di ITB,
saya sering mendaftar beasiswa dan belum pernah berhasil. Tapi, saya tetap
tidak menyerah dan beranggapan bahwa masih ada orang yang lebih membutuhkan.
Berkat kesabaran, tidak disangka, Allah memberikannya di tahun ini.
Teman-teman,
dua tahun menunggu bukanlah waktu yang singkat. Banyak hal yang saya
pertimbangkan ketika memutuskan untuk mengulang lagi. Bagi saya pun, ini baru
awal. Sepengalaman saya menjalani kuliah selama dua tahun dan menghadapi tingkat
kesulitan yang semakin tinggi itu jauh lebih berat lagi. Yap, kalau orang
bilang, “Masuknya susah, keluarnya juga
susah.” Tapi, jika kita sudah berkomitmen dan selalu berikhtiar,
insyaAllah.. mimpi kita akan tercapai dan hambatan sebesar apapun dapat kita
hadapi karena sesungguhnya Allah tidak akan menguji umatnya melebihi
kapasitasnya.
Untuk
teman-teman yang sudah diterima, selamat dan teruslah berikhtiar karena perjalanan kita masih panjang. Semoga kita
dapat mengemban amanah dengan baik dan sukses bersama. Bagi teman-teman lainnya
yang mungkin belum berkesempatan lolos di beberapa seleksi, tetap semangat dan
yakinlah bahwa banyak jalan menuju Roma. Jangan
patah semangat! Luruskan niat.. Apa pun godaannya, hindari hal tersebut! Apa
kata orang, diamkan saja! Teruslah berusaha dan biarkan saja orang-orang yang
merendahkanmu.. Suatu saat, mereka akan sadar saat melihat kesuksesanmu.. Tidak
perlu umek mengurus orang lain dengan
pilihannya, urus dirimu sendiri! Tapi.. jangan menjadi pribadi yang sombong..
Berbagilah sebanyak mungkin. Berdoalah sebanyak mungkin, dekatkan diri dengan
Penciptamu.. InsyaAllah, apa pun tujuan kalian, pasti tercapai.
Tulisan-tulisan
di blog ini, semata-mata hanya untuk membangkitkan semangat kalian, memberikan
inspirasi, dan memberikan sedikit gambaran perjuangan saya. Masih banyak kisah
yang tidak saya ceritakan dan kesulitan lain yang saya hadapi selama
perjuangan. Mohon maaf, jika terdapat kata-kata yang menyinggung perasaan viewers atau kurang sesuai dengan data
yang ada. Saya membuka lebar tanggapan-tanggapan
kalian karena saya juga masih belajar dalam menulis. Terima kasih sudah
membaca.. Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
See you on top!
Gimana cara belajar kakak yg waktu itu berbentrokan sama jadwal kuliah?? Tolong share ilmunya kak... Btw kisahnya menginspirasi banget !!
BalasHapusSimple. Banyak berlatih soal2 tahun lalu, pertajam skillmu dan asah yg masih tumpul, buat target perhari, disiplin waktu, dan banyak berdoa. InsyaAllah diberi yg terbaik.
BalasHapusKak dlu bimbel inten kena brapa sama mulainya dri kapan?
BalasHapus