Waktunya Bertempur

Setelah pendaftaran, saya sudah merasa lebih tenang. Akhirnya, saya bisa fokus belajar untuk UAS. Ahamdulillah, UAS untuk beberapa mata kuliah yang saya jalani cukup lancar karena teman-teman yang sejurusan dengan saya juga mengadakan belajar bersama. Kami belajar mulai dari pukul 07.30 WIB hingga pukul 23.00 WIB. Belajar bersama dilakukan selama beberapa kali sebelum ujian. Biasanya, belajar bersama lebih intensif sehari sebelum UAS. Tapi, ada salah satu mata kuliah yang UAS-nya menurut saya sangat sulit. Padahal teman-teman saya bilang, UAS-nya aneh. Soalnya simple dan sangat mudah. Berarti, memang saya yang tidak bisa dan belum paham konsep. Belum lagi saya masih menyempatkan diri untuk bolak-balik Jatinangor-Cimahi agar tidak tertinggal dengan materi selama intensif.
Oh ya, banyak sekali pengalaman-pengalaman lucu yang saya dapatkan selama perjalanan panjang saya. Saya adalah pelanggan setia bis EXPLORE. Bis ini sudah menjadi primadona bagi warga Jatinangor. Selain murah, bisnya juga sangat nyaman. Nah, tapi, masalahnya, saya sendiri masih suka menggerutu karena jadwal keberangkatan mereka tak tentu dan tidak sesuai jadwal. Tapi, justru, saya bisa mendapatkan waktu ekstra untuk hal-hal lain. Salah satunya, menemukan Kupat Tahu Petis di dekat Cimahi Mall. Kupat tahunya sangat enak dan saya pelanggan setia, lho.. Lumayan.. sambil menunggu bis datang, saya bisa makan terlebih dahulu. Tapi, yang repot, kalau saya ada kelas siang dan bis tak kunjung datang. Soalnya, nih, biasanya, saya berangkat agak siang, mendekati pukul 11.00 WIB. Sudah lengket banget sama rumah, rasanya ingin berlama-lama hahaha Kira-kira, sampai di Jatinangor sudah melewati adzan dzuhur dan biasanya saya langsung sholat di Masjid Al-Jabbar yang jaraknya dekat dengan tempat pemberhentian bis. Anehnya, di saat waktu sudah mepet, ada saja pertolongan yang datang. Tiba-tiba saja ada Teguh, teman yang se-angkatan dengan saya di BE, yang baru selesai melaksanakan sholat berjama’ah di masjid yang sama. Alhamdulillah.. ada yang bisa ditebengin. Akhirnya, saya bisa masuk kelas dengan tepat waktu.
Pernah, suatu ketika, saking seringnya saya berjalan cepat, sepatu saya jebol dan sudah tidak memungkinkan untuk dipakai karena melangkah ke jalan yang sedikit becek saja, airnya masuk dan merembes ke kaos kaki saya. Bagian bawahnya juga sangat miris, sudah hampir copot, dan sepatu saya sudah seperti kaos kaki hahaha Lentur sekali.. Sayangnya, sepatu itu adalah satu-satunya sepatu yang sering saya pakai, sedangkan sepasang sepatu lagi saya simpan di asrama. Akhirnya, saya pergi ke toko sepatu yang murah meriah karena pas kepepet juga. Tapi, penderitaan baru saja dimulai.. Sakitnyaaaa, sepatu ini begitu menyiksa. Alhasil, saya berjalan agak terseok-seok dan menginjak bagian belakang sepatu. Kaki saya babak belur sampai full dengan hansaplast (maaf, sebut merk wkw) hahaha lebay, tapi memang benar.. Hm, ada-ada saja memang..

***

Ya, sudah.. Yang ada di pikiran saya hanya satu, saya selesaikan UAS, lalu fokus untuk SBMPTN dan UM. Entah hasil UAS akan seperti apa, yang penting, saya sudah berusaha maksimal dan selebihnya saya pasrahkan kepada Allah.
Jarak selesainya UAS dengan SBMPTN cukup dekat. Hanya tersisa sekitar dua belas hari untuk belajar intensif. Belum lagi, saya harus mengurus barang-barang asrama untuk saya bawa pulang (More info: asrama akan direnovasi, jadi seluruh penghuni harus keluar untuk sementara). Selama seminggu terakhir kelas intensif, saya lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Saya mulai berpikir, di tempat bimbel sudah mulai kurang efektif. Mungkin, murid-murid juga mulai jenuh belajar terus-menerus. Padahal waktu zaman saya, intensif itu kurang lebih satu bulan penuh dan banyak yang menghabiskan waktu untuk belajar sampai malam. Nah, kalau sekarang, kelas intensif hanya berlangsung kurang lebih tiga minggu dikurangi hari libur nasional.
Akhirnya, selama satu minggu terakhir, saya mulai menghabiskan buku-buku latihan SBMPTN yang berisi soal-soal tahun lalu. Saya belajar selesai sholat subuh hingga larut malam dan non-stop sampai akhirnya, sakit punggung saya kambuh lagi dan di bagian perut bawah juga terasa nyeri. Tapi, saya tetap tidak berhenti belajar. Seketika, sakitnya hilang ketika saya tidak memikirkannya. Jika terasa kambuh lagi, saya tidur cukup lama dan kembali belajar. Saya mengamati setiap polanya dan tipe-tipe soalnya dari tahun ke tahun. Saya pelajari dan saya kerjakan setiap soalnya. Karena saat hari H saya akan berpacu dengan waktu, saya mengerjakan soal-soal tersebut sembari diwaktu dan saya kurangi waktunya kurang lebih sepuluh menit dengan anggapan bahwa waktu tersebut untuk alokasi waktu pengisian jawaban (kebetulan, saya mendapat sistem PBT yang harus membulati penuh jawaban di LJK). Akhirnya, target saya tercapai tepat waktu. Soal-soal SBMPTN dari tahun 2009-2015 dapat saya selesaikan dalam waktu satu minggu. Padahal saya tidak yakin, buku setebal novel Harry Potter itu bisa habis saya lahap dalam satu minggu. Biasanya hanya menjadi pajangan hahaha
Saya sangat senang karena apa yang saya tekadkan tercapai. Jujur saja, teman-teman.. Saya agak ketar-ketir karena TO saya turun seperti Roller coaster selama saya menjalani UAS. TO UTUL UGM yang saya ikuti juga tidak mencapai 50%. Tapi, saya tetap harus semangat dan berpikir positif! Saya yakin tidak ada yang bisa melawan kehendak Allah J

***

Suatu hari, saat sedang bersantai ria, tiba-tiba, saya mendapat kabar dari teman saya untuk menghadap dosen salah satu mata kuliah di jurusan saya. Terang saja, saya sangat kaget. Yang membuat saya kaget bukan takut tidak lulus, tetapi saya harus menghadap dosen SEHARI SEBELUM SBMPTN. Untung saja, bukan tanggal 31 Mei. Fiuh.. dan.. benar saja, saya dan beberapa teman saya tidak lulus mata kuliah tersebut. Kemudian, beliau memberikan pilihan, apakah kami ingin mengulang tahun depan atau memilih tugas pengganti dengan catatan, ada nilai maksimalnya. Setelah berdiskusi, akhirnya, kami sepakat untuk memilih tugas pengganti. Tugasnya? Lumayan.. dan DEADLINE-nya.. minggu depan di hari yang sama. Padahal, satu minggu ke depan, agenda saya sudah full dengan SBMPTN dan beberapa ujian mandiri. Belum lagi, saya akan menjalani UTUL di Jogja. Mau tidak mau, tugas tersebut harus saya bawa dan dicicil tiap harinya.
Cerita bonus (ceilaa)..
Btw, saya punya pengalaman lucu saat itu. Jadi, panitia UTUL baru memberitahukan lokasi ujian tanggal 1 Juli, sedangkan saya belum mereservasi kamar hotel. Lantas, saya kebingungan karena, tanggal 1 Juli, semua hotel sudah penuh. Saya mencari lewat berbagai situs online yang menyediakan jasa booking hotel dan menelepon satu persatu karena banyak yang menuliskan ‘tersisa 1 kamar dalam beberapa jam’. Jadi, langsung saja saya telepon supaya cepat. Tapi, akhirnya, sudah di booking juga. Setelah bersabar dan mencoba tenang, finally (!!!!), saya mendapatkannya dan itu satu-satunya kamar yang tersisa. Aaaaaa.. berkat kesabaran bapak saya yang mencari info :))

***

Saat hari H, saya bangun lebih awal dan berdoa agar diberi kemudahan, kelancaran, dan petunjuk serta pertolongan-Nya saat tes. Saat itu, saya juga mendapat wangsit dari kakak saya, “Dek, mas punya tips.. Sebelum tes, adek dengerin musik aja.. Mas waktu hari pertama SNMPTN tegang dan banyak salah karena ga dengerin musik. Hari kedua, mas dengerin musik dan bisa lancar ngerjainnya. Sukses ya pokoknya, masuk lah adek mah..,” ucapnya untuk pesan terakhir sebelum berangkat kembali dinas di Jakarta.
Hm.. saran yang baik menurut saya. “Oke, mas! Aamiin.. hati-hati yaa!”

***

Sekitar pukul 05.00 WIB, saya berangkat ke lokasi ujian, yaitu ke SMKN 3 Bandung di Jalan Solontongan. Tempat ini tidak asing bagi saya karena dari tahun ke tahun, saya sering mendapatkan lokasi ujian di sini. Saya tiba di tempat pukul 06.15 WIB dan mengecek ruangan. Sehari sebelumnya, saya sempat mengecek ruangan—selesai menghadap dosen—dan saat saya cek lagi pagi itu, jam dinding yang tergantung di kelas masih mati. Untungnya, bapak saya sudah berpesan untuk membawa baterai (hahaha niat banget). Saya segera mencari petugas sekolah dan meminta tolong untuk menggantikan baterai jam dinding di kelas tersebut. Baiknya, petugas tersebut meletakkannya di ujung papan tulis yang terletak di depan sehingga dapat terlihat oleh seluruh peserta ujian.
Jam tangan saya masih menunjukkan pukul 06.25 WIB. Sembari mendengarkan musik, saya melihat orang-orang di sekitar saya dan yang baru lewat. Tapi, semakin lama memerhatikan malah membuat saya gerogi. Sempat, saya bertemu dengan orang tua yang mengantarkan anaknya tes. Beliau duduk di samping kanan saya. Kami sempat mengobrol dan entah kenapa arah ceritanya semakin membuka kedok saya yang sudah mahasiswa. Beliau pun agak bertanya-tanya, kenapa saya mengulang lagi? Tapi, saya hanya menjawabnya dengan kalimat singkat agar tidak dilanjutkan terlalu jauh. Akhirnya, beliau pergi meninggalkan anaknya karena sudah mendekati waktu bel masuk. Tinggal dua puluh menit lagi bel berbunyi, saya langsung pergi menuju toilet terdekat supaya saat tes tidak terjadi momen “menahan buang air kecil”. Selain tidak bisa fokus, hal itu juga tidak baik bagi kesehatan dan saya pernah mengalami gangguan pada salah satu organ karena hal tersebut.
Eh.. baru menuju tangga, saya dipanggil oleh sahabatnya sahabat saya yang ternyata mencoba SBMPTN lagi. Dia juga sudah kuliah, kurang lebih selama satu tahun. Kami berdua sama-sama menyalahkan, sudah mahasiswa senior masih saja ikut tes.. “Mau dikemanain!” ujarnya sembari tertawa.
Padahal dari awal, saya sudah berencana tidak memberitahu siapa pun selain sahabat-sahabat dekat saya. Eh, akhirnya, ada teman SMA yang satu lokasi ujian dengan saya. Beberapa orang yang saya kenal, seperti teman SMA lainnya, juga saya temui saat di lokasi ujian tersebut dan banyak yang sudah menjalani kuliah sama seperti saya. Kami sama-sama penasaran dan ingin mencoba untuk terakhir kalinya.
Singkat cerita, bel masuk berbunyi.. Saya mulai mempersiapkan segala perlengkapan alat tulis dan berkas yang dibutuhkan. Semua barang tersebut saya letakkan di atas meja, sedangkan barang-barang lainnya harus diletakkan di depan (ruang kelas), termasuk tas dan jaket. Oh ya, peraturan yang sudah dibuat oleh panitia itu sangat penting, lho. Pada waktu itu, ada salah seorang peserta yang lupa menggunakan kemeja. Dia mengenakan kaos berlengan pendek, padahal aturannya sudah pernah diinformasikan setelah selesai pendaftaran SBMPTN. Akhirnya, dia kehilangan waktu untuk pengisian biodata karena harus ke pos panitia untuk melaporkan hal tersebut. Dia baru sampai ke kelas lagi saat bel SAINTEK sudah berbunyi. Bayangkan, sayang sekali, kan, waktu untuk pengisian biodata yang tiga puluh menit lamanya itu hilang karena kesalahan kita. Padahal membulatkan tiap isiannya itu, kan, lumayan lama. Nah, selain itu, saat pengisian biodata, usahakan untuk mengecek berulang kali. Hal ini sangat penting untuk mencegah kesalahan data. Percuma saja kalau kalian bisa mengerjakan soal dengan lancar, banyak yang bisa kalian jawab, tetapi tidak lolos karena kalian lupa menuliskan kode soal atau kesalahan lainnya. Oh ya, waktu itu, ada juga salah seorang peserta yang salah jenis LJK. Entah formatnya seperti apa, tetapi dia telat melaporkannya. Akhirnya, dia membulatkan ulang semua biodatanya. Jadi, jika ada kejanggalan, langsung saja tanya kepada pengawas. Jangan menunggu mereka yang mendatangi kita..
Peserta diperbolehkan untuk mengecek dan membuka soal ketika bel jam pertama sudah berbunyi. Setelah itu, pengerjaan boleh dimulai. Jangan sampai, ditengah-tengah pengerjaan, kalian baru sadar bahwa ada beberapa halaman yang tidak ada. Jadi, cek terlebih dahulu, ya.. Alhamdulillah, pengawas di ruangan saya tidak memiliki aturan khusus untuk pemakaian jam tangan. Jadi, kami boleh memakai jam tangan selama pengerjaan.

***

Nah, setiap orang sebenarnya punya strategi tersendiri saat pengerjaan soal. Tapi, tak jarang, orang sudah pasrah dulu saat pengerjaan soal SAINTEK karena biasanya tingkat kesulitannya lebih tinggi dibandingkan TKPA. Panitia pembuat soal ini sangat cerdik. Kalau kita tidak terbiasa mengerjakan soal-soal SBMPTN, kita akan lebih mudah terjebak dalam satu soal sehingga waktu kita habis. Dari pengalaman saya setelah dua kali SBMPTN, saya sering terjebak mengerjakan soal matematika IPA. Tapi, sebelum SBMPTN, saya sudah menganalisis soal-soal mana saja (materinya apa) yang saya bisa kerjakan dan yang sulit saya kerjakan atau membutuhkan waktu yang lama. Jadi, kuncinya itu adalah latihan. Saya tidak mengubah strategi saya saat mengerjakan soal. Saya tetap mengerjakan soal mulai dari matematika IPA karena, sepengalaman saya, pengerjaan matematika IPA ini butuh konsentrasi, ketelitian, dan kecepatan. Kalau saya kerjakan di akhir, saya akan panik dan sering kali salah. Oh ya, saran saya, jangan suka menunda pembulatan atau penghitaman jawaban. Lebih baik, langsung dibulatkan saat sudah menemukan jawabannya. InsyaAllah, waktunya cukup, kalian akan lebih tenang dan lebih teliti. Nah.. kurang lebih seperti ini mengerjakannya..
Saya mengerjakan sekitar 5 soal dari total 15 soal matematika IPA. Awalnya, saya hanya mendapatkan jawaban dari 3 soal. Karena waktu saya sudah habis cukup lama, saya mulai pindah ke biologi. Jadi, jika ada sisa waktu, saya akan kembali mengerjakan matematika IPA. Kenapa saya langsung ke biologi, tidak mengurut saja? Soal-soal biologi ini bersifat hapalan dan menjawabnya tidak perlu berhitung yang memakan waktu sangat lama. Oh ya, setelah belajar di perkuliahan, ternyata biologi itu sangat logic, lho.. (tapi dalam kasus tertentu, ya.. hehe Tetap saja ada yang perlu dihapalkan) Kalau kita paham konsepnya, soal sesulit apa pun dapat terjawab. Saya mengerjakan 10 soal dari 15 soal. Tapi, kali ini, saya kurang beruntung. Ada sekitar 8 soal yang saya kurang paham karena sangat hapalan. Akhirnya, saya gambling saja.  Setelah saya cek sendiri (searching jawaban), dari 8 soal yang saya tidak yakin, terdapat 2 soal yang benar. Nah, lumayan, kan.. Kenapa saya berani gambling? Kemungkinannya, kalau saya jawab 5 soal dengan jawaban yang sama, paling tidak, ada 1 jawaban yang benar (sering saya coba hahaha). Selain itu, target saya juga tinggi. Jadi, mau tidak mau, harus gambling sambil berdoa hehe..
Setelah itu, saya beranjak ke kimia. Nah, saya mengerjakan 14 soal dari total 15 soal. Soalnya sangat basic dan tipe pertanyaannya sering keluar di SBMPTN tiap tahunnya. Tapi, tetap saja, soal hitungan mungkin ada beberapa yang salah. Sejumlah 14 soal saya kerjakan langsung, tidak seperti matematika IPA. Lalu, saya mulai mengerjakan soal fisika. Pada SBMPTN sebelumnya, saya sangat lemah di fisika. Setelah berlatih terus saat intensif, saya mulai tahu soal-soal yang mudah dikerjakan. Soal-soal tersebut kadang terlihat panjang dan banyak spesifikasi, tetapi justru soal-soal tersebut sudah memiliki semua data yang dibutuhkan. Jadi, biasanya, tinggal dimasukkan ke dalam rumus. Kemudian, soal-soal tentang bunyi sangat banyak dan saya pertajam di situ. Soal-soal energi sudah sering saya temui saat di perkuliahan, itu juga mudah dan tidak perlu hitungan yang rumit. Induktansi, gaya listrik, rangkaian seri/paralel, yang serba listrik juga sudah terdapat rumusnya. Bahkan, ada yang hanya menggunakan logika (secara teoretis). Dari 15 soal, saya bisa menjawab 9 soal dengan kemungkinan salah 3 soal. Menurut saya, soal fisika yang saya dapat lebih banyak soal teori. Nah, kadang-kadang, teori juga lebih gambling. Tapi, biasanya, kalau soal fisika, masih bisa dibayangkan kejadiannya sehingga lebih mudah untuk gambling. Namanya juga fisika, semua teori berasal dari analisis suatu kejadian fisis.
Nah, masih ada sisa waktu, nih, dua puluh menit. Langsung, deh, saya kembali mengerjakan soal matematika IPA yang sebelumnya baru saya kerjakan 3 soal. Tapi, setelah berlama-lama sampai ngebul, saya hanya bisa menjawab dua soal. Padahal, sudah saya kerjakan semua soal-soalnya, tetapi tidak mendapat jawaban juga. Nasib.. hahaha
Saya sempat masih ada sisa waktu sekitar lima menit untuk mengerjakan lagi, tetapi sudah mentok rupanya (wkwkw). Akhirnya, bel berbunyi juga dan saya langsung stop. Jadi, total soal SAINTEK yang saya kerjakan adalah 38  soal. Alhamdulillah...

***

Setelah itu, mulai jam istirahat. Waktu istirahat ini cukup lama, sekitar tiga puluh menit. Banyak peserta yang sempat melaksanakan sholat dhuha terlebih dahulu sebelum memasuki jam kedua. Kebetulan, karena saya sedang tidak melaksanakan sholat, saya langsung mencari toilet karena, biasanya, telat sedikit sudah harus antre. Benar saja, saat sampai disana, toiletnya sangat penuh. Tapi, tenang saja, teman-teman.. Sabar saja untuk mengantre daripada saat jam kedua nanti malah ditahan-tahan. Bahaya itu... Jadi, sebisa mungkin, kalau ada kesempatan untuk ke toilet, bersegeralah dan kalau antre, sabar, ya...
Segera setelah itu, saya langsung kembali ke ruang ujian. Tidak lama kemudian, bel masuk berbunyi. Seperti biasa, tas dan jaket disimpan di depan dan yang ada di atas meja hanya alat tulis, fotokopi ijazah yang sudah dilegalisasi, dan identitas resmi. Nah, kali ini, saya jauh lebih tenang karena biasanya soal TKPA lebih mudah. Jangan lupa, teliti dalam mengisi biodata!
Sembari mengisi biodata, pengawas berkeliling ke setiap meja peserta untuk membagikan soal. Ketika sudah mendapatkan soal, langsung tulis kode-nya, ya, guys!

***

Bel jam kedua berbunyi. Pengerjaan soal sudah dimulai. Nah, bagian pertama pada naskah soal adalah TPA. Saya mengerjakan TPA terlebih dahulu. Dari 45 soal, saya mengerjakan 42 soal dan sisanya kosong dengan kemungkinan salah sekitar 5-7 soal. Menurut saya, soal TPA tahun ini jauh lebih sulit, tetapi bisa kita jawab dengan logis, tidak terdapat soal sinonim atau antonim kata. Jadi, kita tidak perlu gambling. Lalu, saya mengerjakan soal matematika dasar. Dari 15 soal, saya dapat mengerjakan sebanyak 12 soal dan yakin semua (pakai doa wkwk). Kemudian, saya melanjutkan ke bahasa Inggris. Nah, kenapa tidak ke bahasa Indonesia saja? Karena setelah saya lihat, terdapat empat teks pada soal bahasa Inggris dan cukup panjang. Saya memang agak lemah di bahasa Inggris, perlu membaca berulang kali untuk memahami konteks dari kalimat pada setiap teks dan pada setiap pertanyaannya. Biasanya, saya mengerjakan soal yang mudah dulu, seperti yang ada kata ‘refers to’, ‘means’, ‘similar to’, dan sejenisnya. Tapi, soal-soal seperti itu sangat jarang, gengs.. Jadi, saya perlu membaca lebih lama. Dari 15 soal, saya dapat menjawab 12 soal dengan kemungkinan salah 6 soal karena biasanya setiap TO, paling tidak, saya dapat menjawab benar setengah dari jumlah soal yang saya jawab. Nah, kalau bahasa Indonesia, ini adalah favorit saya. Dari hasil TO, minimal, saya bisa benar 9 soal. Jadi, saya lebih percaya diri. Dari 15 soal, saya jawab 15 soal juga.
Setelah sudah beres semua, saya masih menyisakan waktu sepuluh menit. Waktu itu saya pergunakan untuk mengecek ulang jawaban-jawaban matematika dasar. Beberapa saya ganti jawabannya karena tidak teliti. Teng nong neng nong.. tong neng neng nong..! (bunyi belnya bagus, kok.. Itu cuma ilustrasi)
Alhamdulillah, akhirnya selesai juga. Totalnya, saya berhasil menjawab soal TKPA sebanyak 81 soal. Jadi, jika dijumlah semua (TKPA dan SAINTEK), saya mampu mengerjakan sebanyak 119 soal.  (Jangan lupa mengucap syukur ya.. ^-^)
Fiuhh..... rasanya jauh lebih tenang sudah terlewati semua ujian-ujian saya. Sekarang, fokus untuk tes berikutnya, UM UNDIP tanggal 5 Juni dan UTUL UGM tanggal 6 Juni. 


To be continued...

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer